Dari Kolektor Bank ke Pengusaha Kaki Sapi: Kisah Sukses Deden Wahyudi, Sehari Jual 200 Porsi
- Youtube/chrisbo makanmakan
Purwasuka – Deden Wahyudi, seorang pengusaha kaki sapi yang sukses, memulai perjalanan bisnisnya dengan penuh tantangan. Sebelum terjun ke dunia usaha, Deden bekerja sebagai kolektor di bank OCBNISP.
"Saya dulu bekerja sesuai prosedur, mengikuti atasan dan perusahaan. Kerja di bank, ya, gajinya pasti bulanan. Kalau dagang, ada hari sepi, ada hari ramai," ujarnya dengan semangat, mengenang masa-masa awalnya.
Dilansir dari Youtube Chrisbo makanmakan, Minggu (8/12), namun, kehidupan berputar, dan Deden memilih untuk melanjutkan perjuangan bisnis keluarga.
Cungkring Kaki Sapi Deden
- Youtube/chrisbo makanmakan
"Ayah saya dulu yang mulai jualan soto. Sisa kikil dan kaki sapi yang tidak terpakai, saya buat bumbu sate. Ternyata rasanya enak, saya coba jual, Alhamdulillah laku," kata Deden.
Sejak saat itu, ia memutuskan untuk fokus mengembangkan bisnis kaki sapi, yang kini dikenal dengan nama "Cungkring" — singkatan dari "Cungur Kaki Pakai Keringan."
Setiap hari, Deden menyediakan berbagai pilihan hidangan, dari lontong pesol hingga berbagai olahan kaki sapi.
"Kalau hari biasa, saya jual sekitar 100 porsi. Kalau akhir pekan bisa mencapai 200 porsi," tambah Deden.
Ia memulai masak sejak subuh, memasak kaki sapi selama 8 jam dengan proses yang teliti, termasuk mengganti air setiap dua jam untuk mengurangi lemak jenuh.
Untuk menjaga kualitas, Deden hanya menggunakan kaki sapi satuan, bukan kiloan. "Ini lebih mahal, tapi rasanya beda dan lebih berasa. Meskipun kecil, tapi kaya rasa," ungkapnya.
Dalam sehari, ia menghabiskan sekitar empat kaki sapi untuk diolah, dengan setiap potongan kaki direbus hingga empuk.
Di balik usaha yang gigih, Deden mengingatkan pentingnya semangat dan doa.
"Motivasi saya adalah terus semangat, jangan pernah kendor, berusaha dan berdoa. Karena semuanya Allah yang berkehendak," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Omzet yang diraih Deden bisa mencapai ratusan ribu per hari, meskipun ada pasang surut dalam penjualan.
"Kemarin bisa 100 porsi, sekarang agak sepi, paling sekitar 80 porsi. Tapi Alhamdulillah, sebulan berjalan biasa saja," ucap Deden yang berjualan di Jalan Surya Kencana, dekat Prapatan Gang Aut, hingga pukul 10 malam.
Dengan ketekunan, bisnis Deden terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Seiring waktu, ia tidak hanya mengandalkan pengalaman, tetapi juga keberanian untuk mencoba hal baru, seperti menciptakan bumbu kacang khasnya sendiri yang semakin disukai pembeli.
"Bapak saya mulai jualan dari tahun 1975, saya mulai tahun 2013. Modal awalnya? Dulu nggak tahu, soalnya waktu itu harga barang masih murah. Sekarang, tentu saja, usaha ini semakin berkembang," kata Deden sambil tersenyum mengenang perjalanan panjangnya.
Bagi Deden, bisnis bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga tentang semangat dan kerja keras tanpa mengenal kata menyerah.