Ingin Liburan Suasana Asli Pedesaan? Kunjungi Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta
- Kemenparekraf
Purwasuka – Menikmati liburan dengan suasana asli pedesaan, menjadi pilihan bagi wisatawan yang sudah penat dengan hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Saat ini sudah banyak pilihan destinasi wisata yang mengusung konsep “village living” yang menjadi daya tarik wisatawan untuk melepaskan stress. Salah satunya adalah Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta yang terletak di Desa Pasanggarahan Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta.
Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta yang terletak di kaki Gunung Burangrang ini berada pada ketinggian 800 MDPL dengan suhu rata-rata 25 derajat celcius telah menjadi salah satu tujuan destinasi wisata bagi para wisatawan dari luar maupun dari sekitar wilayah Kabupaten Purwakarta.
Menyuguhkan suasana asli pedesaan yang sejuk dengan membawa nuansa kearifan lokal berbalutkan kebudayaan, kawasan Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta ini diisi dengan tatanan rumah penduduk berbentuk rumah panggung khas adat Sunda.
Daya Tarik Wisata di Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta
1. Tinggal di Rumah Adat
Fasilitas tinggal di rumah adat ini menjadi daya tarik yang paling diminati oleh para wisatawan. Rumah adat sunda yang berbentuk rumah panggung (rumah kayu) dengan model Julang Ngapak ini tersedia sebanyak 42 rumah yang bisa dijadikan homestay oleh para wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Kampung Tajur Purwakarta.
Setiap rumah memiliki dua kamar berukuran rata-rata 2x3 meter yang muat untuk satu sampai dua orang.
Selama menginap di rumah adat, setiap wisatawan akan disuguhkan hidangan tradisional pedesaan yang terbilang sederhana oleh pemilik rumah adat ini.
2. Menyaksikan Tradisi Ngencleng dan Tetungguan
Masyarakat Kampung Tajur Purwakarta masih menjaga dan melakukan kebiasaan unik, yaitu tradisi ngencleng.
Ngencleng adalah sebuah tradisi unik masyarakat Kampung Tajur Purwakarta dimana setiap warga meletakan bambu berisi beras di depan pintu rumahnya masing-masing.
Tradisi Ngencleng ini dilakukan oleh masyarakat Kampung Tajur Purwakarta untuk mengantisipasi adanya bencana kelaparan jika kampung mereka tertimpa musibah seperti hasil panen kurang baik atau gagal panen.
Batang bambu yang berisi beras itu akan diambil oleh petugas keamanan setiap malam hari, lalu beras-beras tersebut dikumpulkan dan disimpan di balai desa. Tabungan beras tersebut akan digunakan jika di Kampung Tajur Purwakarta terjadi gagal panen dengan membagikan secara merata kepada setiap penduduk atau dijual ke pasar, yangmana hasil penjualannya untuk memenuhi kebutuhan seperti perbaikan jalan.
Selain Ngencleng, tradisi masyarakat Kampung Tajur Purwakarta yang dilakukan dengan turun temurun adalah Tetunggulan.
Tradisi Tetunggulan adalah kegiatan menumbuk padi dalam suatu tempat sehingga menghasilkan bunyi-bunyian yang khas pedesaan dan tidak dapat ditemukan di daerah perkotaan. Tetungguan ini tidak dilakukan setiap hari, hanya pada acara khusus saja seperti saat menyambut tamu, syukuran atau hajatan, serta peringatan hari besar seperti peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Kearifan lokal ini yang biasanya dimainkan oleh ibu-ibu yang sudah lanjut usia ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh mayarakat Kampung Tajur Purwakarta.
3. Mengikuti Rutinitas Penduduk
Wisatawan yang bermalam di rumah adat akan diajak untuk mengikuti rutinitas penduduk Kampung Tajur Purwakarta, yangmana sebagian besar mata pencaharian penduduk desa wisata ini adalah petani dan peternak.
Wisatawan akan diberikan pengalaman seperti bercocok tanam, membajak sawah, berkebun dan beternak.
Selain melakukan aktivitas di persawahan maupun ladang, wisatawan juga akan diajak untuk belajar membuat kerajinan dari bambu, membuat gula aren, camilan dan jenis panganan lainnya.
Oleh karenanya, dengan liburan ke Kampung Tajur Purwakarta ini, selain menikmati suasana asli pedesaan juga menjadi sarana edukasi dan pengalaman yang unik bagi wisatawan yang tentu saja tidak akan ditemukan di daerah perkotaan.(Red)