Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi Versi NU dan Muhammadiyah
Selasa, 31 Desember 2024 - 08:48 WIB
Sumber :
VIVAPurwasuka – Tinggal menghitung jari, seluruh masyarakat dunia akan digembirakan dengan momen pergantian tahun baru Masehi 2024/2025.
Namun, di beberapa negara mayoritas Islam, tanpa terkecuali di Indonesia, hukum merayakan tahun baru Masehi selalu menjadi perdebatan yang hangat.
Lantas, bagaimana hukum merayakan tahun baru Masehi dalam Islam?
Ini jawaban versi Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah:
Dilansir laman NUOnline, Selasa, 31 Desember 2024, hukum merayakan tahun baru Masehi merupakan sebuah hal yang mubah (boleh dilakukan).
Kebolehan tersebut mengacu pada fatwa ulama Syafi'iyah Syekh Ibn Hajar Al-Haitami (wafat 974 H), dalam kitabnya menjelaskan:
Halaman Selanjutnya
قَالَ الْقَمُولِيُّ لَمْ أَرَ لِأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلَامًا فِي التَّهْنِئَةِ بِالْعِيدِ وَالْأَعْوَامِ وَالْأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنْ الْحَافِظِ الْمَقْدِسِيَّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوا مُخْتَلِفِينَ فِيهِ وَاَلَّذِي أَرَاهُ مُبَاحٌ لَا سُنَّةَ فِيهِ وَلَا بِدْعَةَ