Teks Khutbah Jumat: Jauhi Sifat Malas
- info.metrokota.go.id
Purwasuka – Teks khutbah jumat hari ini akan membahas untuk mengingatkan segera menjauhi sifat malas. Terlebih, saat kita diberikan kesehatan dan banyak rahmat oleh Allah SWT.
Sekedar diketahui, sifat malas hanya bisa menumpuk pekerjaan atau tanggung jawab. Karena kemalasan, bisa saja hari ini lalai dengan tanggung jawab yang diberikan, begitu juga keesokan harinya, dan seterusnya.
Teks Khutbah Jumat: Jauhi Sifat Malas
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah. Pada kesempatan yang mulai ini, alfaqir mengingatkan sekaligus mengajak kepada diri sendiri dan tentu juga kepada jamaah Jumat agar selalu meningkatkan takwa kita kepada Allah swt. Syukur-syukur takwa tersebut terus dapat menghiasi di dalam gerak-gerik kehidupan kita sehari-hari.
Sehingga di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun, takwa kita kepada Allah swt tidak pernah berkurang, justru sebaliknya. Dengan takwa itu, Allah akan memberikan pertolongan kepada kita semua dan memberikan rezeki yang tidak pernah kita duga.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah. Kita patut bersyukur, karena kita datang ke tempat ini dalam rangka melaksanakan shalat Jumat adalah satu kenikmatan tersendiri. Allah telah memberikan nikmat yang besar kepada kita, berupa kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang diberikan kepada kita.
Selagi kita masih diberikan nikmat sehat dan sempat, tak ada alasan untuk bermalas-malasan melakukan beragam bentuk kebaikan, apalagi hal itu merupakan kewajiban yang memang harus kita laksanakan dengan sebaik mungkin.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 34:
Artinya, “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat di atas menegaskan kepada kita semua bahwa kita sebetulnya tidak punya banyak daya. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok, apakah masih diberikan kesehatan atau justru kondisinya berbalik. Boleh kita berikhtiar semaksimal mungkin untuk selalu menjaga kesehatan agar bisa melaksanakan ibadah dengan istikamah, begitu juga dengan ritme kerja kita, diharapkan terjaga. Manusia memang sebatas berencana, berikhtiar, dan berharap. Tetapi hasil dari itu semua, manusia sama sekali tidak punya kemampuan untuk memastikannya.
Oleh karena itu, hal terbaik yang harus ditanamkan dalam diri kita adalah menjaga semangat atau spirit untuk tidak melewatkan kesempatan-kesempatan yang diberikan Allah swt dalam melakukan kebaikan kepada sesama, mengamalkan berbagai macam ibadah sebagai wasilah taqarrub kepada Allah, dan seterusnya. Begitu kita masih merasa sempat dan mampu, saat itu pula kita harus memanfaatkan kesempatan tersebut. Tidak menunda, apalagi malas.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah.
Imam Hasan Al-Bashri pernah memberikan nasihat terkait sikap malas. Beliau berkata, “Waspadalah kamu dengan sikap menunda-nunda. Kamu sekarang berada di hari ini dan bukan esok hari. Apabila hari esok tiba, kamu akan berada di hari tersebut dan sekarang kamu masih berada di hari ini. Jika hari esok tidak datang kepadamu, maka jangan sesali atas apa yang tidak kamu lakukan hari ini”.
Sifat malas hanya bisa menumpuk pekerjaan atau tanggung jawab. Karena kemalasan, bisa saja hari ini lalai dengan tanggung jawab yang diberikan, begitu juga keesokan harinya, dan seterusnya. Pemalas cenderung hanya memutar waktu tanpa makna atau nilai.
Umar ibn al-Khatthab pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari yang kala itu sedang berada di Bashrah, beliau menulis, “Jangan engkau menunda pekerjaan hari ini ke esok hari, sebab pekerjaan tersebut akan menumpuk dan engkau akan kehilangan kesempatan untuk menyelesaikannya.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah.
Kita perlu mengatur waktu, jangan biarkan waktu mengalir begitu saja. Kendali waktu ada pada kita masing-masing. Waktu tidak akan berubah, tetap 24 jam. Waktu akan begitu sangat bermakna bila kita mampu mengaturnya.
Secara sederhana, kita dapat menyimulasikan bahwa pada jam 02:30 WIB misalnya, kita harus bangun tidur mengerjakan shalat malam, dilanjutkan dengan shalat Subuh. Pada jam 06.30 WIB sebelum berangkat kerja kita melaksanakan shalat Dhuha. Begitu seterusnya. Bila hal ini dibiasakan, kedisiplinan kita akan terus tumbuh dan dijauhkan dari sifat malas.
Rasulullah saw pernah mengingatkan agar kita tidak menjadi pemalas atau orang yang kerap kali menunda-nunda waktu. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah saw pernah menasihati seseorang,
Artinya, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, yaitu masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu”.
Demikian khutbah Jumat singkat ini. Semoga dari beberapa pesan dan nasihat yang telah disampaikan tadi menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa menjaga waktu dan tidak menunda-nunda tanggung jawab yang bisa kita lakukan hari ini. Semakin kita bisa menggunakan waktu dengan semaksimal mungkin, di sanalah kita mendapatkan keberkahan dari hari yang kita jalani. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Furqan Ayat 62:
Artinya, “Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur"
Purwasuka – Teks khutbah jumat hari ini akan membahas untuk mengingatkan segera menjauhi sifat malas. Terlebih, saat kita diberikan kesehatan dan banyak rahmat oleh Allah SWT.
Sekedar diketahui, sifat malas hanya bisa menumpuk pekerjaan atau tanggung jawab. Karena kemalasan, bisa saja hari ini lalai dengan tanggung jawab yang diberikan, begitu juga keesokan harinya, dan seterusnya.
Teks Khutbah Jumat: Jauhi Sifat Malas
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah. Pada kesempatan yang mulai ini, alfaqir mengingatkan sekaligus mengajak kepada diri sendiri dan tentu juga kepada jamaah Jumat agar selalu meningkatkan takwa kita kepada Allah swt. Syukur-syukur takwa tersebut terus dapat menghiasi di dalam gerak-gerik kehidupan kita sehari-hari.
Sehingga di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun, takwa kita kepada Allah swt tidak pernah berkurang, justru sebaliknya. Dengan takwa itu, Allah akan memberikan pertolongan kepada kita semua dan memberikan rezeki yang tidak pernah kita duga.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah. Kita patut bersyukur, karena kita datang ke tempat ini dalam rangka melaksanakan shalat Jumat adalah satu kenikmatan tersendiri. Allah telah memberikan nikmat yang besar kepada kita, berupa kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang diberikan kepada kita.
Selagi kita masih diberikan nikmat sehat dan sempat, tak ada alasan untuk bermalas-malasan melakukan beragam bentuk kebaikan, apalagi hal itu merupakan kewajiban yang memang harus kita laksanakan dengan sebaik mungkin.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 34:
Artinya, “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat di atas menegaskan kepada kita semua bahwa kita sebetulnya tidak punya banyak daya. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok, apakah masih diberikan kesehatan atau justru kondisinya berbalik. Boleh kita berikhtiar semaksimal mungkin untuk selalu menjaga kesehatan agar bisa melaksanakan ibadah dengan istikamah, begitu juga dengan ritme kerja kita, diharapkan terjaga. Manusia memang sebatas berencana, berikhtiar, dan berharap. Tetapi hasil dari itu semua, manusia sama sekali tidak punya kemampuan untuk memastikannya.
Oleh karena itu, hal terbaik yang harus ditanamkan dalam diri kita adalah menjaga semangat atau spirit untuk tidak melewatkan kesempatan-kesempatan yang diberikan Allah swt dalam melakukan kebaikan kepada sesama, mengamalkan berbagai macam ibadah sebagai wasilah taqarrub kepada Allah, dan seterusnya. Begitu kita masih merasa sempat dan mampu, saat itu pula kita harus memanfaatkan kesempatan tersebut. Tidak menunda, apalagi malas.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah.
Imam Hasan Al-Bashri pernah memberikan nasihat terkait sikap malas. Beliau berkata, “Waspadalah kamu dengan sikap menunda-nunda. Kamu sekarang berada di hari ini dan bukan esok hari. Apabila hari esok tiba, kamu akan berada di hari tersebut dan sekarang kamu masih berada di hari ini. Jika hari esok tidak datang kepadamu, maka jangan sesali atas apa yang tidak kamu lakukan hari ini”.
Sifat malas hanya bisa menumpuk pekerjaan atau tanggung jawab. Karena kemalasan, bisa saja hari ini lalai dengan tanggung jawab yang diberikan, begitu juga keesokan harinya, dan seterusnya. Pemalas cenderung hanya memutar waktu tanpa makna atau nilai.
Umar ibn al-Khatthab pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari yang kala itu sedang berada di Bashrah, beliau menulis, “Jangan engkau menunda pekerjaan hari ini ke esok hari, sebab pekerjaan tersebut akan menumpuk dan engkau akan kehilangan kesempatan untuk menyelesaikannya.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah.
Kita perlu mengatur waktu, jangan biarkan waktu mengalir begitu saja. Kendali waktu ada pada kita masing-masing. Waktu tidak akan berubah, tetap 24 jam. Waktu akan begitu sangat bermakna bila kita mampu mengaturnya.
Secara sederhana, kita dapat menyimulasikan bahwa pada jam 02:30 WIB misalnya, kita harus bangun tidur mengerjakan shalat malam, dilanjutkan dengan shalat Subuh. Pada jam 06.30 WIB sebelum berangkat kerja kita melaksanakan shalat Dhuha. Begitu seterusnya. Bila hal ini dibiasakan, kedisiplinan kita akan terus tumbuh dan dijauhkan dari sifat malas.
Rasulullah saw pernah mengingatkan agar kita tidak menjadi pemalas atau orang yang kerap kali menunda-nunda waktu. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah saw pernah menasihati seseorang,
Artinya, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, yaitu masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu”.
Demikian khutbah Jumat singkat ini. Semoga dari beberapa pesan dan nasihat yang telah disampaikan tadi menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa menjaga waktu dan tidak menunda-nunda tanggung jawab yang bisa kita lakukan hari ini. Semakin kita bisa menggunakan waktu dengan semaksimal mungkin, di sanalah kita mendapatkan keberkahan dari hari yang kita jalani. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Furqan Ayat 62:
Artinya, “Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur"