Dulunya Ritual Meminta Hujan, Sekarang Kesenian Khas Purwakarta Ini Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Domyak, Kesenian Khas Purwakarta
Sumber :
  • Kemendikbud.go.id

Seni Buncis yang pada waktu itu hanya menggunakan satu waditra saja, yaitu angklung buncis.

Hak Jawab Wuling Motor Arista Suci Bandung Terkait Pemberitaan Dugaan Tindak Pidana Penipuan

Seni Buncis kemudian dikolaborasikan dengan ritual ngamandian ucing, sebuah upacara yang bertujuan memohon atau meminta hujan turun.

Arak-arakan menjadi bagian dari sesi ritual tersebut. Beberapa waditra yang dimainkan kemudian ditambahkan di antaranya angklung (15 buah), gong (1 set), bedug (1 set), kendang (2 set), ketuk, dog-dog (2 set), tarompet, dan kecrek (1 set).

Pilgub Jabar 2024, Elektabilitas Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil Beda Tipis

Jumlah pemain buncis untuk kegiatan ritual tersebut kemudian bertambah banyak, yaitu sekitar 37 orang.

Penambahan waditra dalam arak-arakan tersebut kemudian menimbulkan istilah baru. Masyarakat Darangdan biasa menyebut arak-arakan tersebut dengan nama Dur Ong.

Inspektorat Purwakarta: Hasil Investigasi dugaan Korupsi Dana Desa Pangkalan Diserahkan ke Polisi

Istilah tersebut kemudian berubah menjadi domyak. Kata Domyak merupakan sebuah singkatan, yaitu nakol dog-dog bari ngarampayak.

Struktur penyajian Domyak terbagi dalam empat bagian, yaitu: persiapan, gending tatalu, ngadoa, dan atraksi seni. Pada sesi atraksi seni, domyak menampilkan beberapa atraksi seperti bebelokan, momonyetan, kukudaan, seseroan, cangreud, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya
img_title