Dulunya Ritual Meminta Hujan, Sekarang Kesenian Khas Purwakarta Ini Jadi Warisan Budaya Tak Benda
- Kemendikbud.go.id
Seni Buncis yang pada waktu itu hanya menggunakan satu waditra saja, yaitu angklung buncis.
Seni Buncis kemudian dikolaborasikan dengan ritual ngamandian ucing, sebuah upacara yang bertujuan memohon atau meminta hujan turun.
Arak-arakan menjadi bagian dari sesi ritual tersebut. Beberapa waditra yang dimainkan kemudian ditambahkan di antaranya angklung (15 buah), gong (1 set), bedug (1 set), kendang (2 set), ketuk, dog-dog (2 set), tarompet, dan kecrek (1 set).
Jumlah pemain buncis untuk kegiatan ritual tersebut kemudian bertambah banyak, yaitu sekitar 37 orang.
Penambahan waditra dalam arak-arakan tersebut kemudian menimbulkan istilah baru. Masyarakat Darangdan biasa menyebut arak-arakan tersebut dengan nama Dur Ong.
Istilah tersebut kemudian berubah menjadi domyak. Kata Domyak merupakan sebuah singkatan, yaitu nakol dog-dog bari ngarampayak.
Struktur penyajian Domyak terbagi dalam empat bagian, yaitu: persiapan, gending tatalu, ngadoa, dan atraksi seni. Pada sesi atraksi seni, domyak menampilkan beberapa atraksi seperti bebelokan, momonyetan, kukudaan, seseroan, cangreud, dan sebagainya.