Dari Gagal Nikah Muda Hingga Sukses Jualan Seblak: Kisah Haru Bu Wiwin

Bu Wiwin, penjual seblak
Sumber :
  • Tangkap Layar Youtube Kang Asar Vlog

VIVAPurwasukaBu Wiwin (22) mengawali hari-harinya di dapur kecil rumahnya di Kampung Margasari.

Dulu Ditinggal Istri, Andi Kini Sukses Raup Omzet Rp2 Juta dari Jualan Papeda

Tangan terampilnya dengan cekatan menyiapkan berbagai bahan untuk membuat seblak, makanan pedas khas Sunda yang kini menjadi sumber penghasilannya.

Perjalanan hidupnya tak selalu mulus. Sebagai korban nikah muda, Bu Wiwin harus menghadapi kenyataan pahit ketika adiknya justru menikah lebih dulu - sebuah fenomena yang dalam istilah Sunda disebut "karunghal".

5 Ide Jualan Kaki Lima yang Ngalahin Gaji PNS, Bikin Tajir Melipir

Namun, keterpurukan itu justru menjadi titik balik dalam hidupnya.

Hanya bermodalkan ijazah SMP dan tekad yang kuat, Bu Wiwin memberanikan diri memulai usaha seblak. "Awalnya saya malu, tapi kebutuhan hidup mengajarkan saya untuk tidak gengsi," ungkapnya sambil tersenyum.

10 Ide Usaha Camilan Tahan Lama, Modal Tipis Untung Tebal

Setiap hari, ia bangun pagi-pagi untuk belanja bahan-bahan di pasar tradisional. Menu andalannya adalah seblak dengan berbagai variasi topping. Harga yang terjangkau membuat dagangannya selalu laris di kalangan warga kampung.

Meski begitu, tantangan tetap ada. Terkadang penghasilannya tidak menentu, berkisar antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per hari. "Ada hari dimana dagangan laris, ada juga yang sepi. Tapi saya tetap bersyukur," tuturnya.

Yang membuat kisahnya lebih inspiratif adalah cara Bu Wiwin mengelola waktu. Selain berjualan seblak, ia juga bekerja paruh waktu di pabrik kue. Setiap sen yang didapatkan ditabung untuk masa depan.

Kesibukan ganda ini tidak menghalanginya untuk tetap memperhatikan kehidupan sosial. Di sela-sela kesibukannya, Bu Wiwin masih menyempatkan diri untuk bersosialisasi dengan tetangga dan mengikuti kegiatan kampung.

"Rezeki itu dari Allah SWT. Yang penting kita berusaha dan berdoa," ujarnya dengan mata berbinar. Filosofi hidupnya sederhana: bekerja keras dan selalu bersyukur.

Kisah Bu Wiwin menjadi bukti bahwa usia muda dan latar belakang pendidikan bukan penghalang untuk sukses. Seblak yang dijualnya bukan sekadar makanan, tapi simbol perjuangan seorang perempuan muda yang bangkit dari keterpurukan.

Kini, warung seblaknya mulai dikenal di luar kampung. Pelanggannya juga orang-orang yang sengaja datang dari jauh untuk mencicipi seblak buatannya.****