3 Alasan Puasa Dapat Membantu Mengatasi Gejala Depresi

Ilustrasi depresi
Sumber :
  • Freepik/jcomp

PurwasukaPuasa bisa bantu atasi gejala depresi. Hal semacam ini sayangnya jarang diketahui. Padahal, puasa ini bisa kalian aplikasikan dalam kehidupan terlebih bagi kalian umat muslim.

Ngomong-ngomong soal muslim, bulan ini orang beragama islam menjalani ibadan puasa di bulan Ramadhan. Untuk itu sejumlah penelitian mengatakan bahwa puasa dapat membantu mengatasi gejala depresi.

3 Alasan puasa dapat membantu mengatasi gejala depresi

1. Hubungan dengan keyakinan

Para peneliti percaya bahwa manfaat puasa dalam mengatasi gejala depresi juga berkaitan dengan keyakinan atau agama (saat menjalani ibadah puasa Ramadhan), yang efeknya dapat memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. 

Menurut penelitian pada tahun 2020 di kalangan siswa muslim, mereka yang menjalani ibadah puasa Ramadhan dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan fisik secara keseluruhan, penerimaan diri, hubungan dan lingkungan positif hingga pengembangan diri. 

Puasa juga erat kaitannya dengan pengendalian emosi, termasuk dalam mengendalikan nafsu makan. Dampaknya, berpuasa dapat melatih dan memberikan pelajaran untuk bisa mengendalikan diri agar terhindar dari gejala depresi.

2. Puasa Membantu Melepaskan Hormon Baik pada Tubuh

Puasa dapat meredam stres dengan cara meningkatkan pelepasan beberapa endorfin, yaitu “hormon bahagia”. Kekurangan hormon endorfin sering dikaitkan dengan gangguan depresi dan kecemasan. Selama beberapa hari pertama puasa, tubuh akan mulai melepaskan hormon “bahagia” ini. Alhasil, beberapa orang mungkin menyadari bahwa suasana hati mereka membaik. 

Endorfin bukan hanya satu-satunya bahan kimia yang dapat dilepaskan saat kamu berpuasa. Studi menunjukkan bahwa puasa juga dapat meningkatkan jumlah beberapa bahan kimia pada otak yang bertanggung jawab untuk menciptakan suasana hati yang baik, memori, dan kesejahteraan umum. Bahan kimia tersebut, antara lain serotonin, NGF, dan BDNF.

NGF adalah zat kimia yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan sel saraf. Di sisi lain, BDNF adalah protein yang merangsang neurogenesis yang menghasilkan neuron baru di otak kamu. Terbentuknya neuron baru ini sebagian besar terjadi di hippocampus yang merupakan area otak yang mengatur suasana hati dan proses kognitif lainnya. Jadi, dengan mengatur pertumbuhan saraf, ditambah dengan meningkatnya serotonin dapat meredam kecemasan dan stres, serta meningkatkan suasana hati kamu secara keseluruhan.

3. Puasa Mengubah Pikiran dan Perilaku Seseorang Menjadi Lebih Baik

Orang yang mengidap depresi ringan hingga sedang yang menjalani kegiatan puasa cenderung dapat keluar dari gaya hidup mereka yang menyendiri dan dapat berpikir lebih positif tentang diri mereka sendiri maupun orang lain di sekitar mereka. 

Menurut Dr. Ghuloum, penelitian internasional telah mengungkapkan bahwa puasa dapat memberikan dampak positif yang besar bagi orang yang sedang menjalani perawatan terapi untuk kecanduan dan penyalahgunaan obat-obatan, karena tindakan ibadah ini mendorong perubahan perilaku yang positif pada mereka. 

Beberapa penelitian lain juga mengungkapkan bahwa praktik spiritual, seperti puasa dapat menghasilkan perubahan struktural pada otak di area yang terkait dengan depresi, sehingga membentuk elemen pelindung

PurwasukaPuasa bisa bantu atasi gejala depresi. Hal semacam ini sayangnya jarang diketahui. Padahal, puasa ini bisa kalian aplikasikan dalam kehidupan terlebih bagi kalian umat muslim.

Ngomong-ngomong soal muslim, bulan ini orang beragama islam menjalani ibadan puasa di bulan Ramadhan. Untuk itu sejumlah penelitian mengatakan bahwa puasa dapat membantu mengatasi gejala depresi.

3 Alasan puasa dapat membantu mengatasi gejala depresi

1. Hubungan dengan keyakinan

Para peneliti percaya bahwa manfaat puasa dalam mengatasi gejala depresi juga berkaitan dengan keyakinan atau agama (saat menjalani ibadah puasa Ramadhan), yang efeknya dapat memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. 

Menurut penelitian pada tahun 2020 di kalangan siswa muslim, mereka yang menjalani ibadah puasa Ramadhan dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan fisik secara keseluruhan, penerimaan diri, hubungan dan lingkungan positif hingga pengembangan diri. 

Puasa juga erat kaitannya dengan pengendalian emosi, termasuk dalam mengendalikan nafsu makan. Dampaknya, berpuasa dapat melatih dan memberikan pelajaran untuk bisa mengendalikan diri agar terhindar dari gejala depresi.

2. Puasa Membantu Melepaskan Hormon Baik pada Tubuh

Puasa dapat meredam stres dengan cara meningkatkan pelepasan beberapa endorfin, yaitu “hormon bahagia”. Kekurangan hormon endorfin sering dikaitkan dengan gangguan depresi dan kecemasan. Selama beberapa hari pertama puasa, tubuh akan mulai melepaskan hormon “bahagia” ini. Alhasil, beberapa orang mungkin menyadari bahwa suasana hati mereka membaik. 

Endorfin bukan hanya satu-satunya bahan kimia yang dapat dilepaskan saat kamu berpuasa. Studi menunjukkan bahwa puasa juga dapat meningkatkan jumlah beberapa bahan kimia pada otak yang bertanggung jawab untuk menciptakan suasana hati yang baik, memori, dan kesejahteraan umum. Bahan kimia tersebut, antara lain serotonin, NGF, dan BDNF.

NGF adalah zat kimia yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan sel saraf. Di sisi lain, BDNF adalah protein yang merangsang neurogenesis yang menghasilkan neuron baru di otak kamu. Terbentuknya neuron baru ini sebagian besar terjadi di hippocampus yang merupakan area otak yang mengatur suasana hati dan proses kognitif lainnya. Jadi, dengan mengatur pertumbuhan saraf, ditambah dengan meningkatnya serotonin dapat meredam kecemasan dan stres, serta meningkatkan suasana hati kamu secara keseluruhan.

3. Puasa Mengubah Pikiran dan Perilaku Seseorang Menjadi Lebih Baik

Orang yang mengidap depresi ringan hingga sedang yang menjalani kegiatan puasa cenderung dapat keluar dari gaya hidup mereka yang menyendiri dan dapat berpikir lebih positif tentang diri mereka sendiri maupun orang lain di sekitar mereka. 

Menurut Dr. Ghuloum, penelitian internasional telah mengungkapkan bahwa puasa dapat memberikan dampak positif yang besar bagi orang yang sedang menjalani perawatan terapi untuk kecanduan dan penyalahgunaan obat-obatan, karena tindakan ibadah ini mendorong perubahan perilaku yang positif pada mereka. 

Beberapa penelitian lain juga mengungkapkan bahwa praktik spiritual, seperti puasa dapat menghasilkan perubahan struktural pada otak di area yang terkait dengan depresi, sehingga membentuk elemen pelindung