Kisah Sukses Milenial Raup Omzet 1 M dari Bisnis Dawet Kemayu

Mas Alim, Penjual Dawet Kemayu
Sumber :
  • Tangkap Layar Youtube Medsos Biz

VIVAPurwasuka – Pandemi COVID-19 telah memaksa banyak pengusaha menutup bisnisnya. Namun bagi Alim, pendiri Dawet Kemayu, situasi ini justru menjadi titik balik kesuksesannya.

Setelah terpaksa menutup bisnis ayam geprek yang telah dirintisnya selama 5 tahun, ia bangkit dengan konsep bisnis baru yang kini menghasilkan omzet hingga 1 miliar rupiah per bulan.

Alim memulai bisnis dawet dengan modal yang sangat minim, hanya sekitar 7-8 juta rupiah. Dana tersebut digunakan untuk membeli gerobak, peralatan, bahan baku, dan promosi sederhana melalui brosur serta beberapa influencer kuliner lokal.

"Saya memilih dawet karena ini produk yang familiar dan mudah diduplikasi," ujar Alim dalam Channel Youtube Medsos Biz. Ia menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah berdiskusi dengan timnya.

Mereka sepakat untuk memilih bisnis yang sustainable dibandingkan mengikuti tren sesaat seperti minuman boba yang sedang viral saat itu.

Strategi utama yang diterapkan Alim adalah fokus pada kualitas produk dan manajemen tim. Ia sangat menekankan pentingnya menjaga konsistensi rasa untuk mendapatkan repeat order dari pelanggan.

Menurutnya, lebih baik fokus mempertahankan pelanggan yang sudah ada daripada terus mencari pelanggan baru.

Untuk pengembangan bisnis, Alim menerapkan sistem kemitraan yang terbukti efektif. Dalam waktu singkat, Dawet Kemayu telah memiliki 384 mitra yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan (Balikpapan dan Pontianak), serta Sulawesi (Makassar).

Konsentrasi terbesar berada di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jabodetabek.

Digital marketing menjadi kunci kesuksesan ekspansi bisnisnya. Alim berinvestasi pada tim konten, copywriting, dan digital ads untuk menjangkau calon mitra di berbagai kota. 

Omset Dawet Kemayu bersifat fluktuatif. Pada masa-masa ramai seperti bulan Ramadhan, omset bisa mencapai 8 hingga 1 miliar rupiah per bulan. Sedangkan pada bulan-bulan biasa berkisar antara 300 juta hingga 700 juta rupiah.

Ke depan, Alim menargetkan ekspansi hingga 500 gerai. Setelah mencapai target tersebut, ia berencana membangun bisnis baru dengan kepemilikan penuh tanpa sistem kemitraan untuk memaksimalkan profit.*