Teks Khutbah Jumat: Kesiapan Rohani Sambut Ramadhan

Ilustrasi Khutbah Jumat
Sumber :
  • info.metrokota.go.id

Purwasuka – Teks khutbah jumat hari ini akan membahas mengenai kesiapan rohani sambut ramadhan. Hal ini tetntunya menarik kita ulas dalam artikel.

Apalagi, saat ini awal bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Dengan begitu, bulan puasa itu akan segera tiba.

Khutbah Jumat: Kesiapan Rohani Sambut Ramadhan

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah 

Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kita akan menjumpai bulan Ramadhan, bulan yang begitu mulia dan istimewa. Ramadhan selalu ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam. Kita pun tentu sangat berharap Allah swt memberikan kesempatan untuk bisa menapaki bulan yang di dalamnya terdapat satu waktu nilainya lebih baik daripada 1000 bulan, yang kita kenal dengan Lailatul Qadar. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita doa agar Allah swt memberikan panjang umur hingga bisa menjumpai bulan Ramadhan:

Artinya, “Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan bulan Ramadhan.”

Doa ini menegaskan kita betapa Rasulullah memandang bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang benar-benar istimewa, sehingga beliau berdoa secara khusus agar Allah memberikan kesempatan dalam menemui bulan Ramadhan. Tidak hanya itu, Rasulullah saw juga mempersiapkan diri dengan memperbanyak berpuasa saat menghadapi bulan Ramadhan.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan kesiapan yang matang. Mulai dari mempersiapkan niat dan tekad yang kuat untuk tidak menyia-nyiakannya, kesiapan fisik agar bisa berpuasa penuh di bulan Ramadhan, hingga persiapan rohani kita. Memastikan persiapan rohani ini adalah hal yang paling utama kita lakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan

Lalu apa bentuk dari persiapan rohani itu? Wujud kesiapan rohani adalah ikhtiar kita menyucikan diri dari segenap dosa yang dilakukan dengan cara bertobat yang sungguh-sungguh atau yang biasa kita kenal dengan taubatan nashuhah. Dengan demikian, saat kita akan menemui bulan Ramadhan yang penuh dengan kemuliaan itu, diri kita sudah dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.

Demikian itu selaras dengan anjuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalm kitab al-Ghuniyah, agar umat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan menyucikan diri dari dosa dan bertobat dari kesalahan-kesalahan yang telah lampau. Imbauan Syekh Abdul Qadir ini amat relevan. Sebab, jika hendak bertemu kawan saja seseorang merasa perlu untuk tampil bersih dan berdandan rapi, apalagi bila yang dijumpai ini adalah hari-hari yang penuh keistimewaan sebulan penuh.

Melakukan introspeksi diri, mengevaluasi perilaku-perilaku yang kurang pantas, lalu memohon ampun kepada Allah adalah satu tahapan rohani yang penting agar kita semua memasuki bulan suci dengan pribadi yang juga suci. Dengan demikian, Ramadhan kelak tidak saja diisi dengan banyaknya ibadah yang kita kerjakan, melainkan juga mematikan ibadah-ibadah yang kita kerjakan sangat berkualitas karena didasari dengan ketulusan penghambaan kita kepada Allah swt.

Persiapan rohani ini penting supaya amal kita selama bulan puasa berjalan lancar dan berkah. Lancar, karena kita secara mental sudah siap sedia, baik menunaikan segenap ibadah wajib dan sunnah maupun menghadang godaan-godaan yang bakal menghadang. Berkah, sebab puasa kita mengandung manfaat kebaikan, baik pada diri kita sendiri maupun orang lain. Jangan sampai kita termasuk orang-orang tekun berpuasa tapi mendapat kritik dari Rasulullah saw:

Artinya, “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)

Puasa Ramadhan sesungguhnya lebih dari sekadar melaksanakan kewajiban rukun Islam yang keempat. Karena di dalamnya terkandung hikmah penempaan diri dalam menguasai hawa nafsu. Puasa atau shiyâm secara bahasa bermakna imsâk yang berarti ‘menahan’. Melalui persiapan rohani yang matang, kita diharapkan bisa menahan gejolak nafsu yang mungkin menyenangkan tapi sebetulnya menjerumuskan.

Di era media sosial yang riuh ini, kita bisa menyaksikan bagaimana sikap berlebih-lebihan diumbar, kebencian dipertontonkan, hoaks disebar, serta hujatan dan caci-makian disasarkan kepada banyak orang. Semoga kita semua selamat dari akhlak tercela ini dan menapaki Ramadhan yang mulia dengan hati yang bersih, pikiran yang tenang, dan perilaku yang maslahat bagi semua orang.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian khutbah singkat pada siang hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin

Purwasuka – Teks khutbah jumat hari ini akan membahas mengenai kesiapan rohani sambut ramadhan. Hal ini tetntunya menarik kita ulas dalam artikel.

Apalagi, saat ini awal bulan Ramadhan tinggal menghitung hari. Dengan begitu, bulan puasa itu akan segera tiba.

Khutbah Jumat: Kesiapan Rohani Sambut Ramadhan

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah 

Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kita akan menjumpai bulan Ramadhan, bulan yang begitu mulia dan istimewa. Ramadhan selalu ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam. Kita pun tentu sangat berharap Allah swt memberikan kesempatan untuk bisa menapaki bulan yang di dalamnya terdapat satu waktu nilainya lebih baik daripada 1000 bulan, yang kita kenal dengan Lailatul Qadar. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita doa agar Allah swt memberikan panjang umur hingga bisa menjumpai bulan Ramadhan:

Artinya, “Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan bulan Ramadhan.”

Doa ini menegaskan kita betapa Rasulullah memandang bulan Ramadhan ini sebagai bulan yang benar-benar istimewa, sehingga beliau berdoa secara khusus agar Allah memberikan kesempatan dalam menemui bulan Ramadhan. Tidak hanya itu, Rasulullah saw juga mempersiapkan diri dengan memperbanyak berpuasa saat menghadapi bulan Ramadhan.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan kesiapan yang matang. Mulai dari mempersiapkan niat dan tekad yang kuat untuk tidak menyia-nyiakannya, kesiapan fisik agar bisa berpuasa penuh di bulan Ramadhan, hingga persiapan rohani kita. Memastikan persiapan rohani ini adalah hal yang paling utama kita lakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan

Lalu apa bentuk dari persiapan rohani itu? Wujud kesiapan rohani adalah ikhtiar kita menyucikan diri dari segenap dosa yang dilakukan dengan cara bertobat yang sungguh-sungguh atau yang biasa kita kenal dengan taubatan nashuhah. Dengan demikian, saat kita akan menemui bulan Ramadhan yang penuh dengan kemuliaan itu, diri kita sudah dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.

Demikian itu selaras dengan anjuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalm kitab al-Ghuniyah, agar umat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan menyucikan diri dari dosa dan bertobat dari kesalahan-kesalahan yang telah lampau. Imbauan Syekh Abdul Qadir ini amat relevan. Sebab, jika hendak bertemu kawan saja seseorang merasa perlu untuk tampil bersih dan berdandan rapi, apalagi bila yang dijumpai ini adalah hari-hari yang penuh keistimewaan sebulan penuh.

Melakukan introspeksi diri, mengevaluasi perilaku-perilaku yang kurang pantas, lalu memohon ampun kepada Allah adalah satu tahapan rohani yang penting agar kita semua memasuki bulan suci dengan pribadi yang juga suci. Dengan demikian, Ramadhan kelak tidak saja diisi dengan banyaknya ibadah yang kita kerjakan, melainkan juga mematikan ibadah-ibadah yang kita kerjakan sangat berkualitas karena didasari dengan ketulusan penghambaan kita kepada Allah swt.

Persiapan rohani ini penting supaya amal kita selama bulan puasa berjalan lancar dan berkah. Lancar, karena kita secara mental sudah siap sedia, baik menunaikan segenap ibadah wajib dan sunnah maupun menghadang godaan-godaan yang bakal menghadang. Berkah, sebab puasa kita mengandung manfaat kebaikan, baik pada diri kita sendiri maupun orang lain. Jangan sampai kita termasuk orang-orang tekun berpuasa tapi mendapat kritik dari Rasulullah saw:

Artinya, “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)

Puasa Ramadhan sesungguhnya lebih dari sekadar melaksanakan kewajiban rukun Islam yang keempat. Karena di dalamnya terkandung hikmah penempaan diri dalam menguasai hawa nafsu. Puasa atau shiyâm secara bahasa bermakna imsâk yang berarti ‘menahan’. Melalui persiapan rohani yang matang, kita diharapkan bisa menahan gejolak nafsu yang mungkin menyenangkan tapi sebetulnya menjerumuskan.

Di era media sosial yang riuh ini, kita bisa menyaksikan bagaimana sikap berlebih-lebihan diumbar, kebencian dipertontonkan, hoaks disebar, serta hujatan dan caci-makian disasarkan kepada banyak orang. Semoga kita semua selamat dari akhlak tercela ini dan menapaki Ramadhan yang mulia dengan hati yang bersih, pikiran yang tenang, dan perilaku yang maslahat bagi semua orang.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian khutbah singkat pada siang hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin