Teks Khutbah Jumat: Etika Menyampaikan Pendapat dan Debat

Ilustrasi Khutbah Jumat
Sumber :
  • info.metrokota.go.id

Artinya: “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik, serta debatilah mereka dengan perdebatan yang lebih baik (dari mereka).” 

Pada dasarnya, ayat ini membahas mengenai ajakan Nabi terhadap orang-orang musyrik agar mau mengikuti agama Ibrahim, yang sama-sama mengajarkan keesaan Allah swt. Namun ketika ajakan itu dibantah dan didebat, maka Nabi disuruh untuk merespon debat tersebut dengan cara yang lebih elegan, baik tutur katanya maupun argumentasinya. 

Maka dari itu, bila ayat ini digiring pada persoalan berdebat dengan orang lain, meskipun bukan mengenai masalah akidah, namun berdebatnya tetap harus dilakukan dengan cara-cara yang islami, yang bertumpu pada bahasa yang sopan, gestur tubuh yang beradab, dan argumentasi yang kuat. 

Debat semacam ini akan melahirkan iklim positif bagi dunia keilmuan dan sosial. Begitu juga sebaliknya, bila perdebatan yang terjadi malah saling ngotot dan ngeyel, dalam istilah kita disebut dengan debat-kusir, maka seyogyanya harus dihindari. Sebab Nabi Muhammad pernah bersabda dalam riwayat Tirmidzi:

Artinya: “Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” 

Kata mira’ dalam hadits tersebut bermakna berdebat dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan dan hanya untuk menang sendiri agar terlihat keren dan hebat, sehingga seringkali debat semacam ini tidak didasari pada argumentasi yang jelas dan logis.  

Oleh karenanya, Hadits ini merupakan peringatan bagi kita semua yang mungkin selama ini pernah atau bahkan terbiasa melakukan debat. Kita mending berpindah tempat atau mengalihkan topik sehingga perdebatan seperti itu tidak berlanjut.