Kapan Awal Puasa 2024?, Simak Jadwalnya Disini
- Freepik
Purwasuka – Tak terasa kini telah memasuki tahun baru 2024, namun apa kalian tahun kapan puasa ramadhan 2024?. Hal ini menarik kita ketahui, terutama yang beragama islam.
Ramadhan menjadi momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memperbanyak melakukan ibadah. Bagi kalian yang belum mengetahui kapan dan berapa hari lagi puasa 2024, simak informasi berikut ini.
Awal Puasa Ramadhan 2024
Bulan Ramadan 2024 adalah tahun ke-1445 dalam kalender Islam Hijriyah. Berdasarkan kalender Hijriyah yang disusun oleh Alhabib dan kemungkinan rukyatul hilal global, awal bulan puasa 2024 jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.
Puasa Ramadan akan berlangsung 29 atau 30 hari, tergantung sabit yang menandai awal bulan terlihat atau tidaknya. Apabila bulan tidak terlihat pada malam hari ke-29, maka Ramadan akan berlangsung 30 hari. Namun jika hilal tampak, maka puasa hanya berlangsung 29 hari saja.
Dilansir dari banyak sumber, menurut kalender Hijriah yang disusun berdasarkan sistem Ummul Qura yang digunakan Arab Saudi, awal puasa 2024 yaitu pada 11 Maret 2024 dan Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Dengan metode ini maka puasa Ramadhan akan berlangsung selama 30 hari.
Metode penentuan awal bulan Ramadhan
Menentukan awal masuknya bulan suci Ramadhan memiliki beberapa perbedaan yang didasarkan oleh para ulama, ilmuwan, pakar hisab-rukyat, dan berbagai organisasi yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, Kementerian Agama (Kemenag) mengadakan sidang isbat guna menyatukan berbagai perbedaan pendapat tersebut. Adapun perbedaan tersebut didasarkan dengan metode penetapan yang berbeda-beda, Bunda. Berikut ini dua metode dalam rangka penetapan awal Ramadhan yang paling banyak digunakan.
Metode rukyat sendiri seringkali disebut juga dengan metode observasi atau mengamati hilal atau istikmal. Mayoritas ulama dengan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali menyatakan bahwa penetapan awal bulan Ramadhan hanya dapat dilakukan dengan metode rukyat ini, Bunda.
Adapun metode ini menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari dan berpegang pada firman Allah SWT. dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
Artinya: "Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) Nya,"
Tak hanya itu, para ulama turut berpedoman pada hadits yang Rasulullah SAW. yang berbunyi:
Artinya: "Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban menjadi tiga puluh hari," (HR. Bukhari, hadits no. 1776)
2. Metode Hisab
Berbeda dengan metode sebelumnya, metode hisab sendiri dipercayai oleh beberapa ulama seperti, Ibnu Suraij, Taqiyuddin al-Subki, Mutharrif bin Abdullah, dan Muhamad bin Mutaqil menyatakan bahwa penetapan awal bulan Ramadhan dapat ditetapkan dengan metode ini, dimana metode hisab menggunakan perhitungan untuk menentukan posisi hilal.
Pernyataan para ulama ini juga didasarkan pada firman Allah SWT. dalam surah Yunus ayat 5 yang berbunyi:
Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu),"
Selain itu, para ulama juga berpedoman pada sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi:
Artinya: "Jika kalian melihat hilal (hilal Ramadhan) maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya (hilal Syawal) maka berbukalah. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka perkirakanlah ia,"
Purwasuka – Tak terasa kini telah memasuki tahun baru 2024, namun apa kalian tahun kapan puasa ramadhan 2024?. Hal ini menarik kita ketahui, terutama yang beragama islam.
Ramadhan menjadi momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memperbanyak melakukan ibadah. Bagi kalian yang belum mengetahui kapan dan berapa hari lagi puasa 2024, simak informasi berikut ini.
Awal Puasa Ramadhan 2024
Bulan Ramadan 2024 adalah tahun ke-1445 dalam kalender Islam Hijriyah. Berdasarkan kalender Hijriyah yang disusun oleh Alhabib dan kemungkinan rukyatul hilal global, awal bulan puasa 2024 jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.
Puasa Ramadan akan berlangsung 29 atau 30 hari, tergantung sabit yang menandai awal bulan terlihat atau tidaknya. Apabila bulan tidak terlihat pada malam hari ke-29, maka Ramadan akan berlangsung 30 hari. Namun jika hilal tampak, maka puasa hanya berlangsung 29 hari saja.
Dilansir dari banyak sumber, menurut kalender Hijriah yang disusun berdasarkan sistem Ummul Qura yang digunakan Arab Saudi, awal puasa 2024 yaitu pada 11 Maret 2024 dan Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Dengan metode ini maka puasa Ramadhan akan berlangsung selama 30 hari.
Metode penentuan awal bulan Ramadhan
Menentukan awal masuknya bulan suci Ramadhan memiliki beberapa perbedaan yang didasarkan oleh para ulama, ilmuwan, pakar hisab-rukyat, dan berbagai organisasi yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, Kementerian Agama (Kemenag) mengadakan sidang isbat guna menyatukan berbagai perbedaan pendapat tersebut. Adapun perbedaan tersebut didasarkan dengan metode penetapan yang berbeda-beda, Bunda. Berikut ini dua metode dalam rangka penetapan awal Ramadhan yang paling banyak digunakan.
Metode rukyat sendiri seringkali disebut juga dengan metode observasi atau mengamati hilal atau istikmal. Mayoritas ulama dengan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali menyatakan bahwa penetapan awal bulan Ramadhan hanya dapat dilakukan dengan metode rukyat ini, Bunda.
Adapun metode ini menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari dan berpegang pada firman Allah SWT. dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
Artinya: "Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) Nya,"
Tak hanya itu, para ulama turut berpedoman pada hadits yang Rasulullah SAW. yang berbunyi:
Artinya: "Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban menjadi tiga puluh hari," (HR. Bukhari, hadits no. 1776)
2. Metode Hisab
Berbeda dengan metode sebelumnya, metode hisab sendiri dipercayai oleh beberapa ulama seperti, Ibnu Suraij, Taqiyuddin al-Subki, Mutharrif bin Abdullah, dan Muhamad bin Mutaqil menyatakan bahwa penetapan awal bulan Ramadhan dapat ditetapkan dengan metode ini, dimana metode hisab menggunakan perhitungan untuk menentukan posisi hilal.
Pernyataan para ulama ini juga didasarkan pada firman Allah SWT. dalam surah Yunus ayat 5 yang berbunyi:
Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu),"
Selain itu, para ulama juga berpedoman pada sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi:
Artinya: "Jika kalian melihat hilal (hilal Ramadhan) maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya (hilal Syawal) maka berbukalah. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka perkirakanlah ia,"