Anak dari Ibu Kantin yang Viral Ikut Mengamuk, Datangi Guru MTs Nurul Huda
- Istimewa
Purwasuka - Setelah video viral seorang ibu kantin MTs Nurul Huda, Brebes, yang membuang jajanan dagangan siswi, kini anak dari ibu kantin tersebut ikut membuat kegaduhan.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun X @B3doel_, terlihat seorang perempuan mendatangi guru di sekolah tersebut sambil meluapkan emosinya.
Perempuan yang diketahui merupakan anak dari ibu kantin viral itu, tampak marah-marah kepada salah satu guru.
Peristiwa ini kembali memanaskan suasana di MTs Nurul Huda, setelah sebelumnya kasus pembuangan dagangan siswi oleh ibu kantin bernama Sominah (70) mencuri perhatian publik.
Sebelumnya, seorang siswi diketahui belajar sambil berjualan di sekolah untuk membantu orang tuanya.
Namun, hal ini tampaknya membuat ibu kantin merasa tidak terima, hingga dia membuang dagangan siswi tersebut pada Selasa, 17 Desember 2024.
Makanan yang sudah disiapkan untuk kegiatan sekolah itu pun berserakan di tanah.
Kepala Sekolah MTs Nurul Huda, Basuni, membenarkan kejadian tersebut. Ia menjelaskan bahwa saat itu para siswa tengah menunggu kedatangan Ibu Kholipah, koordinator kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin (P5RA).
Ibu Kholipah membawa makanan hasil karya siswa yang rencananya akan dipamerkan. Namun, saat tiba di lokasi, situasi berubah tegang.
"Ibu kantin tiba-tiba marah-marah, melontarkan kata-kata kasar, bahkan menghina guru dan para siswa di depan umum," ungkap Basuni.
Setelah kejadian tersebut viral, anak dari ibu kantin tersebut justru datang ke sekolah dan melampiaskan amarahnya kepada salah satu guru.
Aksinya ini terekam dalam sebuah video yang kemudian beredar di media sosial. Banyak pihak menyayangkan kejadian ini, karena semakin memperburuk citra sekolah dan menciptakan suasana tidak kondusif.
Basuni menegaskan bahwa pihak sekolah sudah berupaya menyelesaikan konflik ini melalui mediasi dengan melibatkan berbagai pihak. Namun, sayangnya ibu kantin tidak hadir dalam mediasi tersebut.
"Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi, karena sangat berdampak pada psikologi siswa dan lingkungan sekolah," tutup Basuni.