Usai Hina Penjual Es, Muncul Video Lawas Gus Miftah Hina dan Rendahkan Yati Pesek
Purwasuka – Pendakwah Miftah Maulana atau Gus MIftah kembali menjadi perbincangan hangat setelah video penghinaan terhadap penjual es teh saat mengisi ceramah di Magelang, Jawa Tengah, menjadi viral.
Meskipun ia telah mengunjungi Sunhaji, penjual es teh tersebut, pada Rabu pagi, 4 Desember 2024, warganet terus mengungkap rekam jejak digitalnya yang dianggap kontroversial.
Salah satu video lama yang muncul memperlihatkan Miftah saat menghadiri sebuah pagelaran wayang kulit bersama dalang Ki Warseno.
Dalam acara tersebut, tampil pula seniman senior asal Yogyakarta, Yati Pesek, yang berperan sebagai sinden. Dalam video itu, Miftah melontarkan candaan yang dianggap merendahkan Yati Pesek di hadapan para penonton.
Ketika Yati selesai menyanyikan lagu Jawa Bajing Loncat, Miftah memberikan komentar yang tidak pantas. “Lagune ‘Bajing Loncat,’ bajinge malah tak ajak munggah,” ujarnya sambil tertawa.
Wajah Yati terlihat tidak nyaman dengan pernyataan tersebut. Meski berusaha menanggapinya secara santai.
Gus Miftah justru semakin melontarkan candaan kasar, menyebut bersyukur Yati tidak cantik karena jika cantik, ia akan menjadi hal yang tidak senonoh. Komentar ini membuat Yati terdiam dan terlihat kecewa.
Video tersebut memicu kemarahan warganet, termasuk Yustinus Prastowo, mantan Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Melalui akun media sosialnya pada Kamis, 5 Desember 2024, ia mengecam perilaku Miftah.
“Ini bukan soal khilaf atau bercanda biasa. Perilakunya sudah mencerminkan karakter buruk. Bu Yati adalah seniman yang sangat dihormati, tidak pantas diperlakukan seperti itu,” tulis Prastowo.
Yati Pesek sendiri memiliki rekam jejak seni yang luar biasa. Ia memulai karier seni sejak usia tujuh tahun sebagai penari pembuka dalam pertunjukan wayang kulit.
Pada 1964, ia bergabung dengan kelompok Wayang Orang Jatimulyo, Kebumen, dan terus aktif berkarya hingga akhirnya tampil dalam berbagai acara televisi dan film.
Salah satu perannya yang ikonis adalah dalam film Serangan Fajar pada 1982. Hingga kini, ia tetap dihormati sebagai tokoh seni yang berpengaruh.